Jumat, 13 April 2012

Analisis komunikasi antarpribadi

Suasana komunikasi antarpribadi
Menurut teori fundamental intepersonal relationsip orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Manusia memang akan selalu membutuhkan untuk terlibat dan dilibatkan dalam hidup bersama dengan oranglain. Dalam hidup bersama dengan orang lain itu, manusia tentunya membutuhkan kontrol agar orang lain bisa berperilaku seperti yang dikehendakinya. Manusia juga membutuhkan kasih sayang dari sesamanya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.
Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence)  satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain. Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence)  satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain. Kini kita akan membahas bagaimana berkomunikasi antarpribadi dalam tiga suasana komunikasi yang berbeda, yakni dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence)  satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.

A.KONFLIK

Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Kita bisa kembali pada kisah sahili tadi. Tatkala sahili menjawab pertanyaanya dengan ketus, kita tentu bisa melihat bukan hanya isi pesan yang disampaikan melalui komunikasi itu yang menunjukan “ suasana yang lain dari biasanya” tetapi juga menggabarkan bagaimana kondisi relasi anatar sahili dan temanya saat itu. Pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang disampaikan sahili menunjukan bagaimana relasi anatara sahili dan temanya saat itu. Sahili mengambil jarak, untuk menghindari percekcokan dengan temanya itu.
Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
2.     Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
3.     Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
4.     Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan  situasi baru.

B. DARURAT

     (Thmaslisan , 1997) . Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:
1.     Perspektif langsung
2.     Meta perspektif
3.     Meta-meta perspektif
4.     Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual  pada manuisa.
5.     Persektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian, misalnya bisa menyatakan ungkapan evaluatif dengan menyatakan “ saya suka musik dangdut” atau “musik dangdut itu kampungan”. Sedangkan yang dinamakan metaperspektif adalah apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain,misalnya “saya kira tetangga sayapun suka musik dangdut”. Adapun dengan meta-meta perspektif adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita. Meta – meta perspektif itu akan muncul dengan sendirinya apabila seseorang beranggapan tahu metaperspektif orang lain, misalnya “saya yakin tetangga saya pun tahu kalau saya suka dangdut”.




Praktik Komunikasi Antarpribadi dalam Hidup Keseharian

Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut
1.  Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
2.    Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
3.     Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
4.     Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
5.     Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.

A.LATAR SOSIAL

Ada banyak kegiatan komunikasi antarpribadi yang kita lakukan dalam hidup keseharian kita. Relasi antarpribadi yang dikembangkan pun merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut.
            Dalam hidup perkawinan, banyak komukasi antarpribadi yang dilakukan merupakan komunikasi dyadik. Bahkan konon, kebanyakan kegiatan komunikasi manusia dengan sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat, berlangsung secara dyadik. Oleh karena itu, disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi dyadik ini. Bahkan, untuk pasangan tertentu, seperti pasangan kekasih atau pasangan suami istri, komunikasi dyadik ini merupakan kebutuhan karena dipandang a        Melalui komunikasi dyadik, masing-masing membuka diriinya sendiri(self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya. Mengingat pentingnya komunikasi dyadik ini dalam kehidupan manusia maka banyak ahli komunikasi yang mengkaji situasi komunikasi ini. Satu kajian yang penting kita cermati adalah daur – hidup (life-cycle) komunikasi dyadik ini.
kan semakin mempererat ikatan relasional diantara keduanya.

B.LATAR BISNIS

       Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staff dan karyawan merasa :
1.     Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan;
2.     Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan;
3.     Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarsi organisasi memamndang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staff dan karyawan;
4.     Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.

Hal ini sebenarnya sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam cara pandang kita terhadap oragnisasi bisnis. Pada awalnya, untuk mendorong meningkatkan produktifitas , banyak oraganisasi memandang dirinya sebagai satu kekuatan yang lebih besar dari manusia sehingga manusia harus mengikuti apa yang dikehendaki organisasi. Namun, tatkala organisasi mulai dipandang sebagai “mahluk hidup” dan para karyawan pun dipandang sebagai aset maka penghargaan terhadap dimensi kemanusiaan pun mulai berkembang. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meninggkatkan produktifitas organisasi tersebut.

Sumber : Buku Komunikasi Antarpribadi Universitas Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar